Search This Blog

Saturday, November 24, 2012

Peta Perjalanan Tour de Walisongo

Berikut adalah peta perjalanan yang saya lalui pada waktu melakukan trip "Tour de Walisongo";


Jakarta - Cirebon

Perjalanan trip ini saya beri nama "Tour de Walisongo".
Karena memang tujuanya adalah Ziarah ke Makam Walisongo yang terkenal itu.
Perjalanan ini diawali dari rumah di Jakarta menggunakan Toyota Corolla DX  "The Blues" tahun 82, kesayangan saya.
Saya ditemani oleh:
1. Sri Lestari (Istri)
2. Agus Pranoto (Teman)
3. Ulfa Syvia (Teman)

The Blues Corolla DX '82

Dari Jakarta kami menuju ke Cirebon, ke Makam Sunan Gunung Jati.
Berangkat dari Jakarta jam 12:00, Hari Rabu, tanggal 14 November 2012.
Tiba di area Makam Sunan Gunung Jati, sekitar jam 21:00.
Lalu kami melakukan ritual yaitu mandi di 7 sumur yang berbeda.
Tips: Bayarlah jasa penimba air sumur kepada pemandu saja, sehingga kita membayar all in kepada pemandu, tidak perlu lagi membayar jasa penimba untuk setiap sumur sejumlah 7 buah tersebut.
Setelah itu barulah kami Ziarah ke Makam Sunan Gunung Jati yang ditemani oleh pemandu orang lokal dengan biaya sekitar Rp. 50.000,- untuk jasanya, plus uang jasa penimba untuk tiap sumur Rp. 10.000,-
Tips: Jangan mudah percaya kepada pemandu yang menawarkan sesuatu, barang atau azimat dan lain-lain.
Bayarlah jasanya sesuai deal di awal. Kalau mau memberikan tambahan tips silahkan saja.
Banyak pengemis baik yang sudah tua maupun muda meminta dan sedikit agak memaksa.
Jangan hiraukan mereka, tetap pada niat awal yaitu berziarah ke Makam Sunan Gunung Jati.


Cirebon - Demak

Setelah selesai melakukan Ziarah ke Makam Sunan Gunung Jati Cirebon, kami langsung melanjutkan perjalanan menuju ke Demak, dengan tujuan ke Makam Sunan Kalijaga.
Berangkat dari Cirebon sekitar pukul 00:00 malam.
Sampai di Demak masih pagi sekitar jam 07:00, mencari sarapan di sekitar alun-alun depan Masjid Agung Demak. Ada banyak tukang jajan makanan disini dengan menu sangat bervariatif dan harga yang murah.
Silahkan dicoba Nasi Gandulnya.
Setelah kenyang barulah kami menuju ke Masjid Agung Demak.
Kebetulah pada saat itu sedang ada perayaan karnaval.


Masjid Agung Demak

Masuk ke Masjid Agung Demak, menuju ke belakang Masjid adalah area Makam Raja Demak yaitu Raden Patah.
Kami sempat salah sangka bahwa Makam tersebut adalah Makam Sunan Kalijaga, ternyata bukan, Makam Sunan Kalijaga bukan di area Masjid Agung melainkan di Desa Kadilangu, sekitar 2 km arah timur dari Masjid Agung Demak.
Di lokasi tersebut juga ada Museum, namun Museum baru buka siang, tergantung datangnya penjaga Museum, Capee Dehhhh,,,,
Setelah melakukan Ziarah ke Makam Raja Demak, maka kita meluncur menuju Desa Kadilangu, Makam Sunan Kalijaga.
Tidak begitu sulit karena selain tidak terlalu jauh juga ada petunjuknya kok. Nah begitu masuk ke dalam gang menuju Makam Sunan Kalijaga, kami dihadang oleh orang tua (nenek-nenek) yang memberikan kertas bertuliskan sumbangan untuk perbaikan jalan.
Pertanyaan saya adalah: "Apakah pemerintah daerah setempat tidak memperhatikan hal ini sehingga untuk pembangungn jalan harus meminta-minta dari para pengunjung? Ataukah itu hanya rekayasa orang setempat untuk meraup uang dari para peziarah seperti kami?"
Masuk ke dalam banyak sekali rumah penduduk yang disulap menjadi tempat parkir untuk motor maupun mobil.
Silahkan dipilih mau parkir dimana.
Lalu kita menuju lorong yang semrawut dan dipenuhi oleh para pedagang.
Saya menemukan ada seorang nenek tua penjual kembang persis di depan pintu masuk Makam Sunan Kalijaga.
Di depan pintu gerbang juga ada toilet dan wc yang dikomersilkan bagi pengunjung yang ingin bersuci dengan membayar Rp. 2.000,- per orang.



Demak - Kudus

Dari Makam Sunan Kalijaga kami melanjutkan perjalanan ke Makam Sunan Kudus di kota Kudus.
Tidak terlalu sulit mencarinya karena ada di kota dan hampir setiap orang yang kami tanya mampu menunjukan dengan baik arah ke Makam Sunan Kudus tersebut.
Sesampainya di area Makam Sunan Kudus kami direpotkan oleh banyaknya tukang foto amatir yang menawarkan jasa foto dengan harga Rp. 5.000,- per lembar foto.
Kebetulan saya membawa kamera sendiri sehingga saya tidak ditawari setelah tau saya membawa kamera.
Kamipun masuk kedalam area Makam, di dalamnya ada pendopo jawa kuno tempat beristirahat dan disampingnya ada tempat wudlu.
Sendal berserakan, sampah juga, dan ada resepsionis yang menerima tamu dan membayar sekedarnya.
Di Kudus ada 2 Makam Sunan yaitu:
1. Sunan Kudus
2. Sunan Muria


Masjid di Makam Sunan Kudus


Gapura tangga menuju Makam Sunan Muria

Setelah dari Makam Sunan Kudus kami melanjutkan perjalanan menuju Makam Sunan Muria.
Arahnya ke timur utara kota Kudus, perjalanan mendaki bukit atau Gunung Muria.
Disana ada banyak sekali Ojek yang menawarkan jasa untuk mengantar ke Makam.
Karena kami belum tau maka kami meutuskan untuk berjalan kaki menuju Makam dengan menaiki anak tangga, yang ternyata anak tangga tersebut seolah-olah tiada habisnya untuk dipijak. Karena sudah menjadi tekad maka kami menetapkan hati untuk menaiki tangga tersebut.
Sampailah kami di area Makam Sunan Muria.
Tips: Bagi yang mempunyai penyakit radang sendi dan manula saya menyarankan untuk naik ojek saja, karena tangga menuju Makam sangat banyak dan tinggi, gemetaran dan kesakitan akan menyiksa betis dan dengkul anda.
Ongkos naik ojek sekitar Rp. 8.000,-


Kudus - Tuban

Dari Makam Sunan Muria sudah malam sekitar ba'da Isya sekitar pukul 20:00, kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Tuban yaitu Makam Sunan Bonang.
Sampai di area Makam Sunan Bonang sekitar pukul 01:00 dini hari, pas kebetulan habis acara Suro juga di alun-alun pelataran Masjid Tuban.


Tuban - Lamongan

Lokasi Makam Sunan Drajat Lamongan

Setelah selesai melakukan ritual ziarah malam itu kami pun langsung melanjutkan perjalanan.
Dari Tuban kami langsung meluncur menuju Caruban, Lamongan ke Makam Sunan Drajat.
Perjalanan sangat melelahkan dikarenakan nonstop, rasa kantuk melanda, namun karena Niat dan Semangat yang tinggi saya tetap meneruskan perjalanan hingga

Sempat nyasar alias kebablasan hingga ke pinggir pantai, buset jauh aja...
Akhirnya berputar balik sekitar 5km, dikarenakan capek letih lemah lesu jadi konsentrasi nyetir agak berkurang. Sangat tidak dianjurkan nekat nyetir seperti saya ini apabila fisik sudah lelah sebaiknya berhenti untuk istirahat saja daripada dipaksakan nanti malah bisa celaka.
Sampai di area Makam Sunan Drajat pagi buta subuh. Kamipun kongkow di warung dulu untuk minum kopi dan sarapan alakadarnya. Terlihat teman-teman sangat capek dan kusut. Demikian juga dengan saya tentunya. Lagi-lagi karena semangat yang tinggi maka kita tepiskan semua rasa capek. Terbayar dengan secangkir kopi dan roti isi. Setelah istirahat sejenak, kamipun membersihkan diri, mandi dan menjemur baju kemaren yang masih belum dicuci. Bau menyengat baju kotorpun tak pelak lagi. Kap mesin, atap, bagasi, jendela pintu The Blues jadi sasaran tempat jemuran....
Setelah membersihkan diri dan menjemur pakaian kotor, kami menuju ke Makam Sunan Drajat untuk ziarah.



Lamongan - Gresik

Dari Makam Sunan Drajat kami melanjutkan perjalanan ke Gresik menuju Makam Sunan Giri dan Syekh Maulana Malik Ibrahim. Dari Lamongan kami berangkat sudah agak siang sekitar pukul 09:00.
Sesampainya di Gresik sekitar pukul 12:00 kami langsung menaiki tangga menuju Makam Sunan Giri yang terletak di Kebomas, Gresik.
Tak perlu waktu lama kami melakuan ritual ziarah, perut kami pun keroncongan menagih untuk diisi.


Makam Maulana Malik Ibrahim Gresik

Kami makam di area Makam tersebut, banyak menu makanan yang tersedia dan disajikan dengan khas ala Jawa Timur. Untuk harga bisa dibilang murah meriah. Dari Makam Sunan Giri di perbukitan Kebomas, kami menuju ke Kota Gresik untuk ziarah ke Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim. Setelah bertanya sana-sini kami menuju ke Masjid Agung Gresik. Bertepatan dengan sholat Jumat, maka kami harus menunggu para jamaah selesai Jumatan. Setelah selesai kami pun bergegas menuju ke Masjid, kami bertanya pada Pengurus Masjid, namun ternyata Makam yang kami tuju tidak ada di area Masjid melainkan di Masjid yang lain. Alhasil kamipun pergi meninggalkan Masjid pertama menuju ke Masjid berikutnya sesuai petunjuk yang kami peroleh. Tidak jauh dari Masjid pertama kami langsung menemukan Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim.
Ternyata sedang di pugar atau diperbaiki. Namun tidak menyurutkan niat kami untuk melakukan ritual Ziarah dengan kondisi yang ala kadarnya tersebut.

Gresik - Surabaya

Dari Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim kami langsung meluncur ke Toll Kebomas untuk menuju ke Makam Sunan Ampel di Surabaya. Perjalanan mudah karena melalui Toll dan cepat sampai di tujuan.
Lokasi ada di sekitar pecinan daerah Ampel, Surabaya.


Di depan Area Makam Sunan Ampel

Sesampainya di area Makam Sunan Ampel kami merasa sangat lega, karena dengan demikian maka selesailah sudah Tour de Walisongo kami dengan tujuan berziarah ke Makam 9 Wali yang kondang dan disebut sebagai Walisongo itu yang menghasilkan karya luar biasa yang masih dapat kita jumpai hingga saat ini yaitu Masjid Agung Demak.


Surabaya - Batu, Malang

Karena kami merasa sudah menyelesaikan Tour de Walisongo ini maka kami berencana untuk pulang sambil pelesiran. Jadilah kami menuju ke Madura untuk menyebrangi jembatan Suramadu yang terkenal itu.

Jembatan Suramadu

Perjalanan pun kami lanjutkan menuju ke Batu, Malang, Jawa Timur. 
Dikarenakan penasaran dengan suasana di Batu yang katanya suejuk segar, maka kami membulatkan tekad untuk menuju ke arah Malang via Toll. Agak sedikit kerepotan juga bertanya sana-sini ujungnya nyasar entah kemana, tapi pada akhirnya kami dapat menemukan jalan Toll menuju ke arah Malang.
The Blues masih ngacir ajah dan seolah tidak kenal lelah dipacu nonstop terus menerus. Meraung-raung dia digeber di dalam Toll menuju Malang. Namun Pak Agus kelelahan kelihatanya, hingga saya ambil alih kemudi dan mengajak The Blues untuk menaklukan jalan menanjak menuju kota Malang. Saya berhenti beberapa kali untuk menyetel The Blues yang mulai goyah. Setelah 3 kali penyetelan akhirnya The Blues kembali mengeluarkan tenaganya, meraung membelah jalan menuju kota Malang di malam gelap dan hujan deras. Saya memacu The Blues dengan kecepatan sekitar 80 km / jam, dan pedal gas terasa ringan saya injak hingga The Blues memuntahkan tenaga yang diharapkan.

Waduk Pare

Sampai di Batu sudah malam, kamipun berhenti di sekitar tempat rekreasi yang ada di Batu Malang.
Keluar dari mobil hawa sejuk menerpa wajah kami, kami mencari makanan di lesehan yang ada di sana.
Harga makanan disana sangat murah sekali, mie ayam hanya Rp. 3.500, - saja. Kami pun memesan Ayan Bakar Kampung asli Batu, Malang. Rasanya MANTAPSSSSS!!!
Dikarenakan rasa capek dan letih serta banyaknya pakaian kotor di bagasi mobil, maka saya memutuskan untuk menginap di Batu, Malang. Alhasil kamipun menginap di Villa daerah Batu, Malang. Saya mencari Villa dengan posisi dataran yang paling tinggi. Kamipun menemukanya dengan harga yang lumayan yaitu Rp. 600.000,- untuk 2 kamar. Lumayan mahal untuk daerah, bila dibanding dengan Villa yang saya punya di daerah Bogor, saya hanya menjual Rp. 150.000 per malam, harganya 2 kali lipatnya broooo....

Malang - Sragen

Setelah istirahat di Villa, Batu, Malang, dan mencuci pakaian kotor hingga kering, kamipun melanjutkan perjalanan menuju ke Sragen, Jawa Tengah. Kami berangkat sekitar pukul 14:00, dengan diiiringi hujan lebat, beserta petir yang terdengar disamping kuping, mengingat kami berada di ketinggian. Sempat kaget juga mendengar petir ada di samping kami, seumur-umur petir kami dengar ada di atas kami, ini ternyata petir sejajar dengan kami. Perjalanan kami lakukan dengan pelan-pelan, dikarenakan kondisi cuaca dan jalan yang mendaki berkelok di pegunungan. Dan ternyata The Blues ngadat AC nya, dengan terpaksa kami melaju tanpa AC, diguyur hujan lebat, pandangan mata hanya 10 meter kedepan.


Jembatan Kaponan

Setelah melewati pegunungan dan pemandangan yang indah hutan belantara dan Waduk Pare kami menemukan tukang service AC. Namun ternyata teknisinya sedang keluar dan tidak ada di tempat. Di depan bengkel kami melihat ada pohon mangga yang lebat dan buahnya sudah mulai tua, dikarenakan penasaran maka kami pun meminta kepada yang punya, dan alhamdulilah dikasih malah dipersilahkan mengambil sebanyak-banyaknya. Namun saya cuma memetik satu saja untuk tombo kepengin.
Jadilah kami melanjutkan perjalanan masih tanpa AC dan diguyur hujan yang mulai mereda.
Kira-kira 2 km sebelum Tebu Ireng kami menemukan tukang AC, kami berhenti dan meminta kepada tekinisinya untuk membetulkan AC The Blues. Ternyata motor blower AC rusak, dan saya putuskan untuk diganti, kebetulan ada spare parts nya, perbaikan kira-kira memakan waktu sekitar 2 jam. Setelah beres dan dingin AC nya, kami langsung melanjutkan perjalanan menuju ke Sragen, Jawa Tengah melalui jalan Perak, Jombang.
Sampai di kota Sragen sekitar pukul 23:00 malam.
Kami mencari makan di alun-alun kota Sragen, jadilah kami memesan Tongseng dan Sate Kambing ala Sragen. Dilanjut kami menginap di rumah punden keluarga Pak Agus di Kaponan, Jetak, Sidoarjo, Sragen, Jawa Tengah.


Sragen - Tawangmangu

Dari Sragen kami melanjutkan perjalanan menuju ke Grojogan Sewu, Tawangmangu, Solo.
Terbayarkan rasa capek kami dengan menikmati indahnya air terjun "Grojogan Sewu". Tak lupa kami menikmati hidangan sate kelinci yang banya ditawarkan disana. Juga membeli cendera mata ala kadarnya.
Diguyur hujan lebat dari Tawangmangu kami tetap melanjutkan perjalanan menuju ke Jogja.


Pose Background Grojogan Sewu

Dari Tawangmangu sore hari sekitar pukul 17:00, kami melaju menuruni jalanan gelap karena hujan dan The Blues pun tetap semangat mengantarkan kami. Melewati kota Solo lanjut ke Klaten dan tibalah kami di jalan Malioboro, Jogja. 

 
Tawangmangu - Jogja



Sampai di Malioboro pedagang sudah hampir pada tutup karena sudah pukul 21:45, jadilah kami jalan-jalan dan belanja ala kadarnya pada pedagang yang hampir tutup tersebut.
Setelah puas belanja kamipun melanjutkan perjalanan menuju ke Purworejo rumah orang tua saya.


Sampai di Purworejo sekitar pukul 12:00 malam, sayapun bertemu dengan Bapak Ibu dan keluarga disana.
Senang rasanya bisa bertemu dengan orang tua dan sanak saudara setelah sekian lama tak jumpa. Sambil melepas penat kamipun ngobrol ngalor-ngidul sampai akhirnya kami tertidur karena capek dan kantuk melanda.



Jogja - Purworejo

Jalan dari Jogja menuju Purworejo sangat bagus, halus dan lancar. Tetap dibawah guyuran hujan kami melaju dengan tenang dan santai.


Purworejo - Kebumen


Paginya kami melanjutkan perjalanan menuju Kebumen untuk ziarah ke Makam Mbah Samirah di desa Banyuroto, Kecamatan Adimulyo, Kabupaten Kebumen Beriman.
Ini adalah tempat saya dilahirkan, tempat saya dibesarkan, tanah tumpah darah saya.
Banyak kenangan masa-masa kecil dahulu, masa-masa susah, masa-masa sekolah dan semua tentang masa kecil saya terbayang dalam kenangan. Sayapun bersimpuh di pusara Mbah Samirah, mendoakan beliau agar diterima disisi-Nya.

Bersama Ibu dan Bapak

Begitu besar jasanya kepada saya, mengurus dan merawat saya dari kecil hingga saya lulus sekolah STM disana, yang kemudian saya merantau dan menjadi seperti sekarang ini. Ya Allah, terimalah Mbah Samirah disisi-Mu, amin.

 
Kebumen - Tegal

Dari Kebumen malam itu juga kami melanjutkan perjalanan menuju ke kota Tegal, Jawa Tengah. Sampai di Tegal sekitar pukul 01:00 pagi. Kami istirahat di rumah Mbak Mega Syvia yang memang asli orang tegal (ORTEGA). Pagi harinya kami menuju ke tempat wisata pemandian air panas GUCI TEGAL.


Pemandian air panas Guci Tegal

Berendam air panas disana sungguh membuat badan ini terasa nyaman dan hilang rasa letih serta capek, namun konsekuensinya kami merasa sangat mengantuk. Hingga akhirnya kami putuskan untuk tidur dahulu, karena tidak memungkinkan memaksakan badan yang dihinggapi rasa kantuk yang luar biasa.
Barulah sekitar pukul 22:00 kami melanjutkan perjalanan menuju Cirebon.

Tegal - Cirebon

Mbak Ulfa turun di Cirebon karena ada acara Suro di Keraton Kasepuhan Cirebon. Karena kami tidak mengagendakan acara tersebut jadilah Mbak Ulfa kami turunkan di Terminal Cirebon, dan kami melanjutkan perjalanan menuju ke Jakarta.
Jalan Pantura seperti biasa selalu saja ada Proyek pembangunan jalan yang mana sangat mengganggu perjalanan karena harus macet dan tersendat-sendat.



Trip Pulang dari Cirebon ke Jakarta

The Blues digeber terus menerus dari Jakarta - Cirebon - Demak - Kudus - Tuban - Lamongan - Gresik - Surabaya - Madura - Malang - Sragen - Solo - Jogja - Purworejo - Kebumen - Tegal - Cirebon - Jakarta lagi, dan alhamdulilah sehat saja.
Namun begitu digeber di Toll dari Cikampek menuju Jakarta, The Blues knalpot The Blues patah dan mengeluarkan bunyi seperti mobil F1.
Karena di dalam Toll, malam hari dan tidak ada tukang las knalpot maka The Blues dengan raungan Thundernya digeber terus sampai rumah.
Sampai rumah sekitar pukul 03:00 pagi, alhamdulilah kami semua selamat berangkat - pulang tanpa ada kendala yang berarti.
Kamipun kelelahan dan tidur sampai siang hari. Memulai aktivitas seperti biasa lagi di Jakarta.

Spesial terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang memberi perlindungan selama perjalanan berangkat - hingga pulang
2. Sri Lestari (Istri) yang mendampingi selama perjalanan
3. Pak Agus, yang mau menjadi driver pengganti selama perjalanan
4. Mbak Ulfa, buat singgah di Tegal
5. Semua juru kunci Makam Walisongo
6. Semua orang yang membantu dalam perjalanan kami
7. The Blues yang selalu setia mengantarkan kami dalam perjalanan ini
8. Orang tua kami
9. Saudara kami yang memberikan tumpangan pada kami selama perjalanan
10. Semua support, doa dan dukungan dari semua pihak


Pak Agus dan Mbak Ulfa

Note: Bagi yang ingin Umroh berama kami silahkan menghubungi kami di:

Baitulloh Travel Haji dan Umroh
Tlp : 021-7272426
Fax : 021-7866456
Mobile : 08111558169 / 081584197950
Skype: almugada
Email: info@baitulloh.com
Website: www.baitulloh.com
Pin bbm: 76874BF8

Atau silahkan lihat artikel kami tentang Bimbingan Haji dan Umroh juga Perjalanan Umroh ke Baitulloh