Cari Blog Ini

Senin, 17 Desember 2012

GNR live in concert @Jakarta

GNR live in concert @MEIS, Ancol, Jakarta Indonesia;

Setelah sekian lama menunggu dari beberapa tahun yang lalu untuk menonton konser GNR ada di Jakarta akhirnya GNR pun hadir dan melakukan konser jua, dari dulu selalu saja ada kendala dalam memanggil GNR, entah karena masalah apa.
Walau sempat ruwet karena jadwal yang mundur sehari dan lokasi konser juga berubah yang awalnya akan diselenggarakan di Lapangan D, GBK, Senayan, akhirnya berubah ke MEIS, pantai karnaval Ancol. Tadinya acara akan digelar pada pukul 7 malam pada tanggal 15 Desember 2012 di lapangan D, Senayan, namun mendadak ada informasi perubahan bahwa acara konser dipindahkan ke MEIS di pantai karnaval Ancol, selain perpindahan tempat yang mendadak, waktu konserpun berubah dari yang awal rencana jam 7 malam berubah ke jam 1 siang bolong pada tanggal 16 Desember 2012.
Perubahan tersebut banyak menuai kekecewaan dari para penggemar GNR yang datang dari luar kota Jakarta.
Untuk tiket sih tidak terlalu dipersoalkan karena masih berlaku, namun bagi para penggemar yang datang dari luar kota, mereka sangat kecewa karena selain harus memperpanjang tinggal di Jakarta, juga mereka harus meng-cancel penerbangan yang telah di booking oleh mereka.
Beberapa yang kecewa harus pulang ke daerah asal dengan kekecewaan yang mendalam. Namun ada juga beberapa orang yang bertahan untuk tetap dapat menonton konser GNR di Jakarta, mengingat belum tentu bisa nonton mereka lagi dikarenakan sulitnya mengundang mereka untuk datang ke Jakarta entah alasan birokrasi atau keamanan Negara ini yang menjadi pertimbangan mereka untuk datang ke Jakarta.

Penampilan Solo Guitar personil GNR

Namun kekecewaan tentang penundaan konser dan perpindahan lokasi konser GNR, dapat ditebus dengan penampilan mereka yang cukup memukau para penggemarnya di MEIS, Ancol, Jakarta.
Tercatat live performance mereka dari jam 13.00 siang sampai jam 16.30, yang mana berarti mereka manggung dan memuaskan para penggemar di Jakarta sekitar 3.5 jam. Sungguh sangat luar biasa...
Ada performance solo guitar juga, bahkan sang gitaris melantunkan lagu kebangsaan Indonesia Raya yang sontak membuat para penonton tanpa dikomando langsung menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya tersebut.
Seolah walau tanpa Slash, GNR new formation masih mempunyai Gitaris yang dapat diandalkan,,,

GNR Full Formation 2012

Walau mereka datang dengan formasi GNR yang baru dan bukan dengan formasi yang dikenal oleh para penggemarnya di Jakarta, secara keseluruhan penampilan mereka saya acungi jempol.
Terutama untuk masalah stamina mereka.
Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa usia mereka sudah tidak lagi muda namun semangat dan penampilan mereka masih memukau para penggemarnya.

Axl performance still Power Full

Salut juga buat puggawa GNR, yaitu Axl Rose, yang mempunyai stamina luar biasa dan masih mampu menjangkau nada-nada tinggi melengking seperti saat masih muda dulu.
Hanya keadaan badan yang tambun atau gemuk yang membuat dia tak selincah dulu lagi.

Ticket Gate and Screening

Antrian untuk menuju ke dalam panggung konser GNR @MEIS Ancol sangat panjang dan menyita banyak energi para penggemarnya. Banyangkan saja, antrian tersebut dilakukan pada siang hari bolong, yaitu dari jam 11 siang gerbang tiket dibuka. Segera setelah dibuka berduyun-duyun penggemarnya berdesakkan mengantri. Salut bagi para penggemar yang mau dengan tertib mengantri sehingga tidak ada hambatan yang berarti. Namun sayangnya banyak kejadian dimana sudah lama antri namun setelah sampai di depan penjaga dan diperiksa harus balik lagi karena sangat ketat untuk masuk menonton konser GNR ini antara lain; tidak diperbolehan membawa makanan dan minuman, tidak boleh membawa kamera baik pocket maupun slr, tidak diperkenankan merekam atau mengambil gambar GNR saat konser, dan seabrek larangan lainnya.

In Front of GNR Stage

Biarpun dilarang untuk foto atau merekam konser GNR, tetap saja para penonton tidak mengindahkan, mereka masih bisa merekam atau mengabadikan konser GNR dengan ponsel mereka seperti yang saya lakukan ini, hehehe...
Secara keseluruhan konser GNR di Jakarta bisa dibilang sukses dan mampu memuaskan para penggemarnya.

Selasa, 04 Desember 2012

Ziarah Makam Sunan Ampel, Surabaya

Lokasi Makam Sunan Ampel, Surabaya

Peta Perjalanan dari Gresik ke Ampel Surabaya

Dari Gresik The Blues dengan gesitnya meraung membelah jalan Toll menuju Surabaya. Terlihat spidometer menunjuk angka 120 km / jam, hmmm tapi pedal gas masih bisa ditekan lagi lebih dalam, namun karena kasihan pada The Blues saya urungkan menekan pedal gasnya lebih dalam lagi selain juga karena takut jebol, secara perjalanan masih jauh yang harus ditempuh, hehehehe

Masjid di Lokasi Ampel

Keluar dari Toll tidaklah sulit untuk mencari Lokasi Makam Sunan Ampel, hanya perlu sekali bertanya di pasar sama Tukang Becak kami bisa mencapai lokasi yang berada di dekat Pecinan kota Surabaya.
Hawa panas kota Surabaya terasa menyengat walau The Blues sudah menyalakan AC pada tingkat dingin yang maksimal. Hmmm ternyata Jakarta masih kalah panas sama Surabaya euyyyy,,,,

Di Depan Makam Sunan Ampel

Parkir di pinggir jalan agak merepotkan, di klakson oleh barisan mobil dari belakang, karena kami harus pelan-pelan untuk bisa mendapatkan parkiran. Nah kebetulan tuh ada mobil yang mau keluar, akhirnya The Blues menempel dan menunggu mobil tersebut keluar, tak peduli walau di klakson oleh mobil belakang, yang penting dapat parkir deh. Maaf yaaaaaa daripada ga dapat tempat parkir, soalnya parkir disana seperti parkir di Glodok jaman dulu, masih semrawut dan di badan jalan raya, cape deh,,,
Kami bergegas menuju ke lokasi Makam Sunan Ampel, tertera di ujung gang yang menandakan lokasi dimaksud. Melangkah membelah para pedagang yang menawarkan beraneka ragam dagangan, sambil lirik sana-sini kami sampai di depan Masjid. Untuk menuju ke Makam kami harus mengitari Masjid, dari depan Masjid belok kiri terus ke belakang. Pengunjung yang mau berziarah ternyata ramai sekali, dan kebetulan saat kami tiba terdengar kumandang Azan Ashar, dan kami diberitahu bahwa para Peziarah harus meninggalkan Lokasi Makam Sunan Ampel 10 pada saat Azan berkumandang, dan baru diperbolehkan masuk lagi setelah selesai Sholat berjamaah. Hmmmmm, daripada bengong dan meunggu kami memutuskan untuk jalan-jalan melihat-lihat dagangan untuk berburu oleh-oleh. Jadilah kami menyusuri lorong-lorong yang dipenuhi pedagang di sebelah kanan Masjid. Pedagang kebanyakan dari keturunan Arab dan orang Madura. Karena waktu yang mepet hanya sekitar 15 menit, maka kami segera berbalik arah untuk menuju Makam Sunan Ampel.
Pintu gerbang Makam telah dibuka dan para Peziarah dengan tertib mengantri untuk masuk, disini dipisahkan antara Peziarah Pria dan Wanita, tapi tetap saja dasar pada bandel ya nyampur juga, hadehhhhhhhhh....
Saya seperti biasa duduk tafakur di pojokkan Makam untuk berdoa.
Setelah selesai berdoa saya berniat untuk memfoto Makam Sunan Ampel, namun ternyata dilarang oleh Juru Kunci Makam, akhirnya saya berpose di depan pintu Makam saja deh daripada tidak sama sekali, hehehe
Dengan selesainya berdoa di Makam Sunan Ampel maka selesailah sudah saya mengunjungi 9 Makam Sunan atau yang lebih dikenal dengan sebutan "Walisongo" dari mulai Cirebon, Demak, Kudus, Tuban, Lamongan, Gresik dan terakhir di Surabaya. Maka terbayar sudah niat saya yang sudah terpendam lama, semoga apa yang saya jalani ini bisa membawa berkah pada kehidupan saya, amin.

Note: Lokasi parkir yang susah karena di badan jalan, kebersihan jalan disekitar dan menuju Lokasi Makam, menjadi PR di Makam Sunan Ampel, Surabaya.

Bagi yang ingin Umroh bersama kami silahkan untuk menghubungi kami di:
Republik Dakwah Tour and Travel
Tlp: 021-7272426
Fax : 021-7866456
Mobile : 08111558169 / 081584197950
Atau silahkan baca artikel kami tentang Bimbingan Haji dan Umroh

Ziarah Makam Sunan Giri dan Syekh Maulana Malik Ibrahim

Lokasi Makam Sunan Giri

Gapura Makam Sunan Giri

Menuju ke Makam Sunan Giri kita lewat Toll dan keluar di pintu Toll Kebomas.
Tidak begitu jauh menagarah ke Bukit Kebomas, dan ada petunjuk arah yang jelas.
Sesampainya disana lokasi Makam sedang dalam proses renovasi untuk bagian luarnya, sepertinya akan dibuat menjadi target lokasi wisata oleh pihak pemerintah Gresik. Itu sangat bagus menurut saya, karena cagar budaya harus dilestarikan dan dibuat menarik serta nyaman agar dapat mendatangkan pengunjung yang tentu saja akan berimbas ada pundi-pundi pemasukan kas daerah tersebut.
Begitu parkir di kawasan Makam, kami didatangi oleh seorang preman yang meminta uang parkir sebesar Rp. 5.000,-, dengan muka garang dan berlagak seperti jagoan dia membawa baskom plastik dan menyodorkan ke arah kami. Walaupun kami juga harus membayar uang parkir pada tukang parkir, namun sang preman juga meminta jatah, daripada ribut soal uang parkir dengan preman maka kami putuskan untuk membayarnya demi kelancaran perjalanan kami juga. Nah untuk hal ini mohon kiranya bagi pengelola Makam untuk dapat menertibkan para tukang parkir dan preman yang selalu kami jumpai pada setiap tempat Ziarah yang telah kami lalui. Hal tersebut sungguh sangat tidak bagus dan akan mencerminkan kondisi sebagian masyarakat sekitar. Kok ya masih ada saja orang yang berlagak menjadi preman dan meminta uang dengan tidak sepatutnya kepada para pengunjung tempat cagar budaya seperti ini? Sungguh merupakan sesuatu yang memalukan bagi masyarakat sekitar daerah tempat tersebut. Preman? Sudah bukan jamanya lagi kaleeeee,,,,
Masuk ke dalam lingkungan Makam Sunan Giri kita harus mendaki tangga dari tempat parkir. Kondisi sama seperti tampat yang lain, kanan kiri dipenuhi oleh para pedagang. Bisakah ditertibkan dan diatur sedemikian rupa sehingga orang mau Ziarah tidak terganggu dengan lapak atau dagangan para pedagang dengan dibuatkan lokasi yang baik dan menarik? Misalnya di lokalisir di dekat parkir atau di depan pintu masuk atau pintu keluar.
Di dalam Makam Sunan Giri banyak peziarah yang terduduk dan melakukan doa baik di dalam Makam maupun diluarnya saja. Kondisi di dalam Makam sangat panas (gerah) sehingga tiupan kipas angin tak mampu meredakan panasnya hawa, apalagi ruangan tersebut dejejali oleh para Peziarah yang berdesakkan masuk ingin berdoa disamping Makam.
Setelah saya melihat ke dalam, saya urungkan niat untuk berdoa di dalam makam melihat kondisi tersebut saya putuskan untuk berdoa di pojokkan makam saja.
Selesai berdoa bagi almarhum Sunan Giri serta memanjatkan doa bagi diri sendiri serta keluarga, kami pun keluar area makam.
Begitu menuruni tangga kami dikerubuti oleh para pengemis baik yang masih muda belia hingga orang tua yang renta. Sungguh pemandangan yang tidak enak dilihatnya. Saran saya adalah para pengemis tersebut tidak berada di jalan menuju makam, baik jalan masuk maupun jalan keluar.
Karena lapar maka kami singgah di tempat makan yang tersedia masih di area makam. Hidangannya beraneka ragam khas Jawa Timuran. Kamipun sampai kesulitan mencari tempat duduk untuk makan karena dipenuhi oleh para Peziarah yang juga ingin makan.
Selesai menyantap makan siang kami keluar dari area Makam Sunan Giri untuk selanjutnya menuju ke Kota Gresik untuk bersziarah ke Makam Syekh Maulana  Malik Ibrahim.

Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim

Dari lokasi Makam Sunan Giri kami menuruni bukit Kebomas dan menuju ke kota Gresik. Setelah tanya sana-sini kami diarahkan menuju ke Masjid Agung Gresik. Kebetulan pada saat itu sedang akan dilaksanakan Sholat Jumat. Setelah selesai Sholat Jumat kami langsung bergegas menuju ke dalam pelataran Masjid dan menanyakan perihal Makan Syekh Maulana Malik Ibrahim, namun ternyata dijawab bahwa di lingkungan Masjid Agung tersebut tidak ada Makam yang kami maksud, dan kamipun diarahkan menuju ke pojok alun-alun. Kamipun mengikuti jalanan tersebut dan sampailah kami di pelataran Masjid kecil namun jelas terpampang nama seperti foto di atas.
Almadulilah, akhirnya ketemu juga, ada perasaan plong dan lega pada diri kami setelah menemukan Makam yang kami inginkan.
Tidak memerlukan waktu untuk berpikir lama lagi, kami langsung memarkir The Blues dan memasuki area Masjid. Namun lokasi Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim yang terletak sejajar dengan Masjid sedang dalam proses renovasi total, sehingga kami tidak bisa duduk di dekat Makam, namun kami hanya duduk di pelataran Masjid menghadap ke Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim. Tak apalah yang penting niat kami adalah mendoakan beliau serta tidak lupa berdoa untuk diri sendiri dan keluarga tentunya.
Di lokasi Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim kita tidak menemukan ada pengemis atau preman dan pedagang, namun tukang parkir tetap saja ada, heranya waktu kami parkir tidak ada orang, namun begitu kami masuk mobil dan mau pergi tiba-tiba didatangi juru parkir. Lagu lama neh,,,,
Kami dengan semagat 45 menggeber the Blues untuk melanjutkan perjalanan kami menuju Makam Sunan Ampel di Kota Surabaya.

Note: PR bagi para pengelola Tempat Ziarah maupun Pemerintah setempat agar cagar budaya semestinya diatur sedemikian rupa sehingga nyaman, bersih, teratur, rapi, bebas dari pengemis, bebas dari preman dan segala macam hal yang tidak baik.

Bagi yang ingin Umroh bersama kami silahkan untuk menghubungi kami di:
Republik Dakwah Tour and Travel
Tlp: 021-7272426
Fax : 021-7866456
Mobile : 08111558169 / 081584197950
Atau silahkan baca artikel kami tentang Bimbingan Haji dan Umroh

Selasa, 27 November 2012

Ziarah Makam Sunan Bonang

Makam Sunan Bonang,
Posisi terletak di belakang Masjid Agung Tuban, masuk dari pojok Alun-alun kota Tuban.

Masjid dari sudut jauh Alun-alun

Setelah menyusuri jalan Pantura tepian bibir pantai utara yang dipenuhi perahu nelayan yang bersandar, sampailah kita di kota Tuban.
Terlihat jelas Masjid Agung Tuban bersebelahan dengan Alun-alun kota Tuban.
Posisi Makam Sunan Bonang kita masuk dari pojok Alun-alun, menyusuri lorong yang dipenuhi oleh pedagang yang menjajakan beraneka jenis dagangan, dari makanan, pernak-pernik, baju, handycraft dan masih banyak lagi. Rapi? Tentu tidak.
Kadang saya berfikir, alangkah baiknya apabila semua tempat Makam para Wali yang kesemuanya merupakan cagar budaya sebaiknya dibuat standarisasi, lingkungan Makam mestinya steril dari hal-hal yang bisa mengotorinya, sehingga akan lebih nyaman apabila dijadikan menjadi sebuah objek Wisata Ziarah.

Pintu Masuk Makam Sunan Bonang


Terlihat dan kental nuansa China ditandai dengan adanya tempelan keramik, mungkin pada masa itu perdagangan dengan pihak China sedang dalam kemajuan, bahkan di Makam Sunan Gunung Jati Cirebon lebih kentara dan kental nuansa etnis China-nya.

Makam Sunan Bonang

Lokasi tempat wudlu yang kuran terawat, baik dari segi kebersihan kondisinya, pas saya kesana jalanan becek dan kotor sekali.
Semoga saja peninggalan bersejarah seperti ini akan terus bisa terjaga kelestariannya, dan semoga pemerintah serta masyarakat setempat dapat merawat dan melestarikan dengan baik, memberi lingkungan yang baik, sehingga membuat nyaman pengunjung atau peziarah yang datang kesana, dan tidak mengesankan jorok atau kotor.

Bagi yang ingin Umroh bersama kami silahkan untuk menghubungi kami di:
Republik Dakwah Tour and Travel
Tlp: 021-7272426
Fax : 021-7866456
Mobile : 08111558169 / 081584197950
Atau silahkan baca artikel kami tentang Bimbingan Haji dan Umroh

Sabtu, 24 November 2012

Peta Perjalanan Tour de Walisongo

Berikut adalah peta perjalanan yang saya lalui pada waktu melakukan trip "Tour de Walisongo";


Jakarta - Cirebon

Perjalanan trip ini saya beri nama "Tour de Walisongo".
Karena memang tujuanya adalah Ziarah ke Makam Walisongo yang terkenal itu.
Perjalanan ini diawali dari rumah di Jakarta menggunakan Toyota Corolla DX  "The Blues" tahun 82, kesayangan saya.
Saya ditemani oleh:
1. Sri Lestari (Istri)
2. Agus Pranoto (Teman)
3. Ulfa Syvia (Teman)

The Blues Corolla DX '82

Dari Jakarta kami menuju ke Cirebon, ke Makam Sunan Gunung Jati.
Berangkat dari Jakarta jam 12:00, Hari Rabu, tanggal 14 November 2012.
Tiba di area Makam Sunan Gunung Jati, sekitar jam 21:00.
Lalu kami melakukan ritual yaitu mandi di 7 sumur yang berbeda.
Tips: Bayarlah jasa penimba air sumur kepada pemandu saja, sehingga kita membayar all in kepada pemandu, tidak perlu lagi membayar jasa penimba untuk setiap sumur sejumlah 7 buah tersebut.
Setelah itu barulah kami Ziarah ke Makam Sunan Gunung Jati yang ditemani oleh pemandu orang lokal dengan biaya sekitar Rp. 50.000,- untuk jasanya, plus uang jasa penimba untuk tiap sumur Rp. 10.000,-
Tips: Jangan mudah percaya kepada pemandu yang menawarkan sesuatu, barang atau azimat dan lain-lain.
Bayarlah jasanya sesuai deal di awal. Kalau mau memberikan tambahan tips silahkan saja.
Banyak pengemis baik yang sudah tua maupun muda meminta dan sedikit agak memaksa.
Jangan hiraukan mereka, tetap pada niat awal yaitu berziarah ke Makam Sunan Gunung Jati.


Cirebon - Demak

Setelah selesai melakukan Ziarah ke Makam Sunan Gunung Jati Cirebon, kami langsung melanjutkan perjalanan menuju ke Demak, dengan tujuan ke Makam Sunan Kalijaga.
Berangkat dari Cirebon sekitar pukul 00:00 malam.
Sampai di Demak masih pagi sekitar jam 07:00, mencari sarapan di sekitar alun-alun depan Masjid Agung Demak. Ada banyak tukang jajan makanan disini dengan menu sangat bervariatif dan harga yang murah.
Silahkan dicoba Nasi Gandulnya.
Setelah kenyang barulah kami menuju ke Masjid Agung Demak.
Kebetulah pada saat itu sedang ada perayaan karnaval.


Masjid Agung Demak

Masuk ke Masjid Agung Demak, menuju ke belakang Masjid adalah area Makam Raja Demak yaitu Raden Patah.
Kami sempat salah sangka bahwa Makam tersebut adalah Makam Sunan Kalijaga, ternyata bukan, Makam Sunan Kalijaga bukan di area Masjid Agung melainkan di Desa Kadilangu, sekitar 2 km arah timur dari Masjid Agung Demak.
Di lokasi tersebut juga ada Museum, namun Museum baru buka siang, tergantung datangnya penjaga Museum, Capee Dehhhh,,,,
Setelah melakukan Ziarah ke Makam Raja Demak, maka kita meluncur menuju Desa Kadilangu, Makam Sunan Kalijaga.
Tidak begitu sulit karena selain tidak terlalu jauh juga ada petunjuknya kok. Nah begitu masuk ke dalam gang menuju Makam Sunan Kalijaga, kami dihadang oleh orang tua (nenek-nenek) yang memberikan kertas bertuliskan sumbangan untuk perbaikan jalan.
Pertanyaan saya adalah: "Apakah pemerintah daerah setempat tidak memperhatikan hal ini sehingga untuk pembangungn jalan harus meminta-minta dari para pengunjung? Ataukah itu hanya rekayasa orang setempat untuk meraup uang dari para peziarah seperti kami?"
Masuk ke dalam banyak sekali rumah penduduk yang disulap menjadi tempat parkir untuk motor maupun mobil.
Silahkan dipilih mau parkir dimana.
Lalu kita menuju lorong yang semrawut dan dipenuhi oleh para pedagang.
Saya menemukan ada seorang nenek tua penjual kembang persis di depan pintu masuk Makam Sunan Kalijaga.
Di depan pintu gerbang juga ada toilet dan wc yang dikomersilkan bagi pengunjung yang ingin bersuci dengan membayar Rp. 2.000,- per orang.



Demak - Kudus

Dari Makam Sunan Kalijaga kami melanjutkan perjalanan ke Makam Sunan Kudus di kota Kudus.
Tidak terlalu sulit mencarinya karena ada di kota dan hampir setiap orang yang kami tanya mampu menunjukan dengan baik arah ke Makam Sunan Kudus tersebut.
Sesampainya di area Makam Sunan Kudus kami direpotkan oleh banyaknya tukang foto amatir yang menawarkan jasa foto dengan harga Rp. 5.000,- per lembar foto.
Kebetulan saya membawa kamera sendiri sehingga saya tidak ditawari setelah tau saya membawa kamera.
Kamipun masuk kedalam area Makam, di dalamnya ada pendopo jawa kuno tempat beristirahat dan disampingnya ada tempat wudlu.
Sendal berserakan, sampah juga, dan ada resepsionis yang menerima tamu dan membayar sekedarnya.
Di Kudus ada 2 Makam Sunan yaitu:
1. Sunan Kudus
2. Sunan Muria


Masjid di Makam Sunan Kudus


Gapura tangga menuju Makam Sunan Muria

Setelah dari Makam Sunan Kudus kami melanjutkan perjalanan menuju Makam Sunan Muria.
Arahnya ke timur utara kota Kudus, perjalanan mendaki bukit atau Gunung Muria.
Disana ada banyak sekali Ojek yang menawarkan jasa untuk mengantar ke Makam.
Karena kami belum tau maka kami meutuskan untuk berjalan kaki menuju Makam dengan menaiki anak tangga, yang ternyata anak tangga tersebut seolah-olah tiada habisnya untuk dipijak. Karena sudah menjadi tekad maka kami menetapkan hati untuk menaiki tangga tersebut.
Sampailah kami di area Makam Sunan Muria.
Tips: Bagi yang mempunyai penyakit radang sendi dan manula saya menyarankan untuk naik ojek saja, karena tangga menuju Makam sangat banyak dan tinggi, gemetaran dan kesakitan akan menyiksa betis dan dengkul anda.
Ongkos naik ojek sekitar Rp. 8.000,-


Kudus - Tuban

Dari Makam Sunan Muria sudah malam sekitar ba'da Isya sekitar pukul 20:00, kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Tuban yaitu Makam Sunan Bonang.
Sampai di area Makam Sunan Bonang sekitar pukul 01:00 dini hari, pas kebetulan habis acara Suro juga di alun-alun pelataran Masjid Tuban.


Tuban - Lamongan

Lokasi Makam Sunan Drajat Lamongan

Setelah selesai melakukan ritual ziarah malam itu kami pun langsung melanjutkan perjalanan.
Dari Tuban kami langsung meluncur menuju Caruban, Lamongan ke Makam Sunan Drajat.
Perjalanan sangat melelahkan dikarenakan nonstop, rasa kantuk melanda, namun karena Niat dan Semangat yang tinggi saya tetap meneruskan perjalanan hingga

Sempat nyasar alias kebablasan hingga ke pinggir pantai, buset jauh aja...
Akhirnya berputar balik sekitar 5km, dikarenakan capek letih lemah lesu jadi konsentrasi nyetir agak berkurang. Sangat tidak dianjurkan nekat nyetir seperti saya ini apabila fisik sudah lelah sebaiknya berhenti untuk istirahat saja daripada dipaksakan nanti malah bisa celaka.
Sampai di area Makam Sunan Drajat pagi buta subuh. Kamipun kongkow di warung dulu untuk minum kopi dan sarapan alakadarnya. Terlihat teman-teman sangat capek dan kusut. Demikian juga dengan saya tentunya. Lagi-lagi karena semangat yang tinggi maka kita tepiskan semua rasa capek. Terbayar dengan secangkir kopi dan roti isi. Setelah istirahat sejenak, kamipun membersihkan diri, mandi dan menjemur baju kemaren yang masih belum dicuci. Bau menyengat baju kotorpun tak pelak lagi. Kap mesin, atap, bagasi, jendela pintu The Blues jadi sasaran tempat jemuran....
Setelah membersihkan diri dan menjemur pakaian kotor, kami menuju ke Makam Sunan Drajat untuk ziarah.



Lamongan - Gresik

Dari Makam Sunan Drajat kami melanjutkan perjalanan ke Gresik menuju Makam Sunan Giri dan Syekh Maulana Malik Ibrahim. Dari Lamongan kami berangkat sudah agak siang sekitar pukul 09:00.
Sesampainya di Gresik sekitar pukul 12:00 kami langsung menaiki tangga menuju Makam Sunan Giri yang terletak di Kebomas, Gresik.
Tak perlu waktu lama kami melakuan ritual ziarah, perut kami pun keroncongan menagih untuk diisi.


Makam Maulana Malik Ibrahim Gresik

Kami makam di area Makam tersebut, banyak menu makanan yang tersedia dan disajikan dengan khas ala Jawa Timur. Untuk harga bisa dibilang murah meriah. Dari Makam Sunan Giri di perbukitan Kebomas, kami menuju ke Kota Gresik untuk ziarah ke Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim. Setelah bertanya sana-sini kami menuju ke Masjid Agung Gresik. Bertepatan dengan sholat Jumat, maka kami harus menunggu para jamaah selesai Jumatan. Setelah selesai kami pun bergegas menuju ke Masjid, kami bertanya pada Pengurus Masjid, namun ternyata Makam yang kami tuju tidak ada di area Masjid melainkan di Masjid yang lain. Alhasil kamipun pergi meninggalkan Masjid pertama menuju ke Masjid berikutnya sesuai petunjuk yang kami peroleh. Tidak jauh dari Masjid pertama kami langsung menemukan Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim.
Ternyata sedang di pugar atau diperbaiki. Namun tidak menyurutkan niat kami untuk melakukan ritual Ziarah dengan kondisi yang ala kadarnya tersebut.

Gresik - Surabaya

Dari Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim kami langsung meluncur ke Toll Kebomas untuk menuju ke Makam Sunan Ampel di Surabaya. Perjalanan mudah karena melalui Toll dan cepat sampai di tujuan.
Lokasi ada di sekitar pecinan daerah Ampel, Surabaya.


Di depan Area Makam Sunan Ampel

Sesampainya di area Makam Sunan Ampel kami merasa sangat lega, karena dengan demikian maka selesailah sudah Tour de Walisongo kami dengan tujuan berziarah ke Makam 9 Wali yang kondang dan disebut sebagai Walisongo itu yang menghasilkan karya luar biasa yang masih dapat kita jumpai hingga saat ini yaitu Masjid Agung Demak.


Surabaya - Batu, Malang

Karena kami merasa sudah menyelesaikan Tour de Walisongo ini maka kami berencana untuk pulang sambil pelesiran. Jadilah kami menuju ke Madura untuk menyebrangi jembatan Suramadu yang terkenal itu.

Jembatan Suramadu

Perjalanan pun kami lanjutkan menuju ke Batu, Malang, Jawa Timur. 
Dikarenakan penasaran dengan suasana di Batu yang katanya suejuk segar, maka kami membulatkan tekad untuk menuju ke arah Malang via Toll. Agak sedikit kerepotan juga bertanya sana-sini ujungnya nyasar entah kemana, tapi pada akhirnya kami dapat menemukan jalan Toll menuju ke arah Malang.
The Blues masih ngacir ajah dan seolah tidak kenal lelah dipacu nonstop terus menerus. Meraung-raung dia digeber di dalam Toll menuju Malang. Namun Pak Agus kelelahan kelihatanya, hingga saya ambil alih kemudi dan mengajak The Blues untuk menaklukan jalan menanjak menuju kota Malang. Saya berhenti beberapa kali untuk menyetel The Blues yang mulai goyah. Setelah 3 kali penyetelan akhirnya The Blues kembali mengeluarkan tenaganya, meraung membelah jalan menuju kota Malang di malam gelap dan hujan deras. Saya memacu The Blues dengan kecepatan sekitar 80 km / jam, dan pedal gas terasa ringan saya injak hingga The Blues memuntahkan tenaga yang diharapkan.

Waduk Pare

Sampai di Batu sudah malam, kamipun berhenti di sekitar tempat rekreasi yang ada di Batu Malang.
Keluar dari mobil hawa sejuk menerpa wajah kami, kami mencari makanan di lesehan yang ada di sana.
Harga makanan disana sangat murah sekali, mie ayam hanya Rp. 3.500, - saja. Kami pun memesan Ayan Bakar Kampung asli Batu, Malang. Rasanya MANTAPSSSSS!!!
Dikarenakan rasa capek dan letih serta banyaknya pakaian kotor di bagasi mobil, maka saya memutuskan untuk menginap di Batu, Malang. Alhasil kamipun menginap di Villa daerah Batu, Malang. Saya mencari Villa dengan posisi dataran yang paling tinggi. Kamipun menemukanya dengan harga yang lumayan yaitu Rp. 600.000,- untuk 2 kamar. Lumayan mahal untuk daerah, bila dibanding dengan Villa yang saya punya di daerah Bogor, saya hanya menjual Rp. 150.000 per malam, harganya 2 kali lipatnya broooo....

Malang - Sragen

Setelah istirahat di Villa, Batu, Malang, dan mencuci pakaian kotor hingga kering, kamipun melanjutkan perjalanan menuju ke Sragen, Jawa Tengah. Kami berangkat sekitar pukul 14:00, dengan diiiringi hujan lebat, beserta petir yang terdengar disamping kuping, mengingat kami berada di ketinggian. Sempat kaget juga mendengar petir ada di samping kami, seumur-umur petir kami dengar ada di atas kami, ini ternyata petir sejajar dengan kami. Perjalanan kami lakukan dengan pelan-pelan, dikarenakan kondisi cuaca dan jalan yang mendaki berkelok di pegunungan. Dan ternyata The Blues ngadat AC nya, dengan terpaksa kami melaju tanpa AC, diguyur hujan lebat, pandangan mata hanya 10 meter kedepan.


Jembatan Kaponan

Setelah melewati pegunungan dan pemandangan yang indah hutan belantara dan Waduk Pare kami menemukan tukang service AC. Namun ternyata teknisinya sedang keluar dan tidak ada di tempat. Di depan bengkel kami melihat ada pohon mangga yang lebat dan buahnya sudah mulai tua, dikarenakan penasaran maka kami pun meminta kepada yang punya, dan alhamdulilah dikasih malah dipersilahkan mengambil sebanyak-banyaknya. Namun saya cuma memetik satu saja untuk tombo kepengin.
Jadilah kami melanjutkan perjalanan masih tanpa AC dan diguyur hujan yang mulai mereda.
Kira-kira 2 km sebelum Tebu Ireng kami menemukan tukang AC, kami berhenti dan meminta kepada tekinisinya untuk membetulkan AC The Blues. Ternyata motor blower AC rusak, dan saya putuskan untuk diganti, kebetulan ada spare parts nya, perbaikan kira-kira memakan waktu sekitar 2 jam. Setelah beres dan dingin AC nya, kami langsung melanjutkan perjalanan menuju ke Sragen, Jawa Tengah melalui jalan Perak, Jombang.
Sampai di kota Sragen sekitar pukul 23:00 malam.
Kami mencari makan di alun-alun kota Sragen, jadilah kami memesan Tongseng dan Sate Kambing ala Sragen. Dilanjut kami menginap di rumah punden keluarga Pak Agus di Kaponan, Jetak, Sidoarjo, Sragen, Jawa Tengah.


Sragen - Tawangmangu

Dari Sragen kami melanjutkan perjalanan menuju ke Grojogan Sewu, Tawangmangu, Solo.
Terbayarkan rasa capek kami dengan menikmati indahnya air terjun "Grojogan Sewu". Tak lupa kami menikmati hidangan sate kelinci yang banya ditawarkan disana. Juga membeli cendera mata ala kadarnya.
Diguyur hujan lebat dari Tawangmangu kami tetap melanjutkan perjalanan menuju ke Jogja.


Pose Background Grojogan Sewu

Dari Tawangmangu sore hari sekitar pukul 17:00, kami melaju menuruni jalanan gelap karena hujan dan The Blues pun tetap semangat mengantarkan kami. Melewati kota Solo lanjut ke Klaten dan tibalah kami di jalan Malioboro, Jogja. 

 
Tawangmangu - Jogja



Sampai di Malioboro pedagang sudah hampir pada tutup karena sudah pukul 21:45, jadilah kami jalan-jalan dan belanja ala kadarnya pada pedagang yang hampir tutup tersebut.
Setelah puas belanja kamipun melanjutkan perjalanan menuju ke Purworejo rumah orang tua saya.


Sampai di Purworejo sekitar pukul 12:00 malam, sayapun bertemu dengan Bapak Ibu dan keluarga disana.
Senang rasanya bisa bertemu dengan orang tua dan sanak saudara setelah sekian lama tak jumpa. Sambil melepas penat kamipun ngobrol ngalor-ngidul sampai akhirnya kami tertidur karena capek dan kantuk melanda.



Jogja - Purworejo

Jalan dari Jogja menuju Purworejo sangat bagus, halus dan lancar. Tetap dibawah guyuran hujan kami melaju dengan tenang dan santai.


Purworejo - Kebumen


Paginya kami melanjutkan perjalanan menuju Kebumen untuk ziarah ke Makam Mbah Samirah di desa Banyuroto, Kecamatan Adimulyo, Kabupaten Kebumen Beriman.
Ini adalah tempat saya dilahirkan, tempat saya dibesarkan, tanah tumpah darah saya.
Banyak kenangan masa-masa kecil dahulu, masa-masa susah, masa-masa sekolah dan semua tentang masa kecil saya terbayang dalam kenangan. Sayapun bersimpuh di pusara Mbah Samirah, mendoakan beliau agar diterima disisi-Nya.

Bersama Ibu dan Bapak

Begitu besar jasanya kepada saya, mengurus dan merawat saya dari kecil hingga saya lulus sekolah STM disana, yang kemudian saya merantau dan menjadi seperti sekarang ini. Ya Allah, terimalah Mbah Samirah disisi-Mu, amin.

 
Kebumen - Tegal

Dari Kebumen malam itu juga kami melanjutkan perjalanan menuju ke kota Tegal, Jawa Tengah. Sampai di Tegal sekitar pukul 01:00 pagi. Kami istirahat di rumah Mbak Mega Syvia yang memang asli orang tegal (ORTEGA). Pagi harinya kami menuju ke tempat wisata pemandian air panas GUCI TEGAL.


Pemandian air panas Guci Tegal

Berendam air panas disana sungguh membuat badan ini terasa nyaman dan hilang rasa letih serta capek, namun konsekuensinya kami merasa sangat mengantuk. Hingga akhirnya kami putuskan untuk tidur dahulu, karena tidak memungkinkan memaksakan badan yang dihinggapi rasa kantuk yang luar biasa.
Barulah sekitar pukul 22:00 kami melanjutkan perjalanan menuju Cirebon.

Tegal - Cirebon

Mbak Ulfa turun di Cirebon karena ada acara Suro di Keraton Kasepuhan Cirebon. Karena kami tidak mengagendakan acara tersebut jadilah Mbak Ulfa kami turunkan di Terminal Cirebon, dan kami melanjutkan perjalanan menuju ke Jakarta.
Jalan Pantura seperti biasa selalu saja ada Proyek pembangunan jalan yang mana sangat mengganggu perjalanan karena harus macet dan tersendat-sendat.



Trip Pulang dari Cirebon ke Jakarta

The Blues digeber terus menerus dari Jakarta - Cirebon - Demak - Kudus - Tuban - Lamongan - Gresik - Surabaya - Madura - Malang - Sragen - Solo - Jogja - Purworejo - Kebumen - Tegal - Cirebon - Jakarta lagi, dan alhamdulilah sehat saja.
Namun begitu digeber di Toll dari Cikampek menuju Jakarta, The Blues knalpot The Blues patah dan mengeluarkan bunyi seperti mobil F1.
Karena di dalam Toll, malam hari dan tidak ada tukang las knalpot maka The Blues dengan raungan Thundernya digeber terus sampai rumah.
Sampai rumah sekitar pukul 03:00 pagi, alhamdulilah kami semua selamat berangkat - pulang tanpa ada kendala yang berarti.
Kamipun kelelahan dan tidur sampai siang hari. Memulai aktivitas seperti biasa lagi di Jakarta.

Spesial terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang memberi perlindungan selama perjalanan berangkat - hingga pulang
2. Sri Lestari (Istri) yang mendampingi selama perjalanan
3. Pak Agus, yang mau menjadi driver pengganti selama perjalanan
4. Mbak Ulfa, buat singgah di Tegal
5. Semua juru kunci Makam Walisongo
6. Semua orang yang membantu dalam perjalanan kami
7. The Blues yang selalu setia mengantarkan kami dalam perjalanan ini
8. Orang tua kami
9. Saudara kami yang memberikan tumpangan pada kami selama perjalanan
10. Semua support, doa dan dukungan dari semua pihak


Pak Agus dan Mbak Ulfa

Note: Bagi yang ingin Umroh berama kami silahkan menghubungi kami di:

Baitulloh Travel Haji dan Umroh
Tlp : 021-7272426
Fax : 021-7866456
Mobile : 08111558169 / 081584197950
Skype: almugada
Email: info@baitulloh.com
Website: www.baitulloh.com
Pin bbm: 76874BF8

Atau silahkan lihat artikel kami tentang Bimbingan Haji dan Umroh juga Perjalanan Umroh ke Baitulloh